Inflasi di Penyangga IKN Melonjak: Tarif Listrik, Permintaan Lebaran Jadi Pemicu
Inflasi di dua wilayah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), yaitu Balikpapan dan Penajam Paser Utara (PPU), Melonjak signifikan pada Maret 2025.
Kenaikan ini dipicu oleh dua faktor utama: berakhirnya subsidi tarif listrik yang menyebabkan normalisasi harga, serta lonjakan permintaan barang dan jasa menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kondisi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah daerah dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah persiapan pembangunan IKN.
Inflasi IKN Naik Akibat Normalisasi Tarif Listrik
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk dua wilayah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), yaitu Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) untuk bulan Maret 2025.
Data menunjukkan peningkatan inflasi dibandingkan bulan sebelumnya, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri dan berakhirnya kebijakan subsidi tarif listrik. Kenaikan tarif listrik disebabkan oleh berakhirnya diskon 50% untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah hingga Februari 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan bahwa Kota Balikpapan mencatat inflasi sebesar 1,67% (mtm) pada Maret 2025. Secara tahunan, inflasi IHK Balikpapan mencapai 1,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,03% (yoy) dan gabungan empat kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat sebesar 1,36% (yoy).
Sementara itu, Kabupaten PPU juga mengalami inflasi sebesar 2,19% (mtm) pada Maret 2025. Inflasi IHK PPU secara tahunan tercatat sebesar 1,19% (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional namun lebih rendah dibandingkan gabungan empat kota di Kalimantan Timur.
Faktor-Faktor Pendorong Inflasi
Penyumbang utama inflasi di Kota Balikpapan berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 1,46% (mtm). Lima komoditas yang memberikan kontribusi inflasi tertinggi adalah tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan.
Kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh penurunan pasokan akibat curah hujan tinggi di sentra produksi. Peningkatan permintaan menjelang HBKN di tengah terbatasnya hasil tangkapan nelayan akibat cuaca buruk menjadi faktor kenaikan harga udang basah dan ikan layang. Harga emas perhiasan juga ikut terkerek naik sejalan dengan tren peningkatan harga emas global.
Senada dengan Balikpapan, penyumbang terbesar inflasi di PPU juga berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 1,84% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi tertinggi meliputi tarif listrik, ikan tongkol, cabai rawit, ikan layang, dan cabai merah.
Inflasi yang terjadi dipengaruhi oleh normalisasi tarif tenaga listrik serta permintaan pangan yang tinggi. Kenaikan inflasi di Balikpapan dan PPU pada Maret 2025 lebih dipengaruhi oleh peningkatan permintaan menjelang Idulfitri dan kebijakan normalisasi tarif listrik.
Robi Ariadi mengingatkan agar peningkatan harga tetap diwaspadai. Hal ini terutama terkait potensi cuaca buruk yang bisa memengaruhi stok komoditas dan permintaan yang tetap tinggi.
Baca Juga: Bantah IKN Mangkrak, Gubernur Kaltim Sidak Diam-Diam Saat Lebaran
Upaya Menahan Laju Inflasi
Beberapa komoditas berhasil menahan laju inflasi di Kota Balikpapan dengan mencatatkan deflasi. Komoditas tersebut antara lain bayam, kacang panjang, bahan bakar rumah tangga, sawi hijau, dan kangkung.
Penurunan harga sayuran tersebut didukung oleh peningkatan pasokan dan produksi. Penurunan harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) didorong oleh penambahan kuota stok LPG 3 kg dan operasi pasar yang berkelanjutan oleh PT Pertamina.
Dampak Normalisasi Tarif Listrik
Normalisasi tarif listrik menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi inflasi di kedua wilayah. Kebijakan diskon 50% untuk pelanggan rumah tangga dengan daya hingga 2.200 VA tidak lagi diberlakukan pada Maret, sehingga tarif kembali normal.
Hal ini berdampak pada kelompok perumahan, air, listrik, dan BBRT. Bagi pelanggan prabayar, pembelian token listrik pada Maret sudah tidak mendapatkan potongan harga, sementara bagi pelanggan pascabayar, tagihan pada Maret mencerminkan penggunaan Februari yang sebelumnya masih didiskon.
Kesimpulan
Peningkatan inflasi di Balikpapan dan Penajam Paser Utara pada Maret 2025 menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang perlu diwaspadai. Normalisasi tarif listrik dan peningkatan permintaan menjelang Idul Fitri menjadi faktor utama pendorong inflasi.
Pemerintah daerah dan Bank Indonesia perlu terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok. Masyarakat juga diharapkan dapat bijak dalam mengelola keuangan dan memanfaatkan komoditas yang mengalami deflasi untuk meringankan beban ekonomi.
Simak dan ikuti terus IKN CENTER INDONESIA agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari money.kompas.com
- Gambar Kedua dari ikn.kompas.com