Jokowi Khawatir Jika Ada Tamu Negara yang Puji Istana Kepresidenan
Presiden Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya ketika tamu negara memuji keindahan Istana Kepresidenan.
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi menyatakan bahwa ia sering merasa risau dan bingung saat mendengar pujian tersebut. Mengingat bangunan istana adalah warisan dari era kolonial Belanda. Pernyataan ini disampaikan dalam berbagai acara resmi, termasuk saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) 2024 di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Mari kita lihat ulasan lengkapnya dari IKN CENTER INDONESIA ini tentang kekhawatiran Jokowi terhadap tamu negara yang berkunjung ke Istana Kepresidenan.
Kekhawatiran Jokowi
Jokowi mengaku sering merasa rendah diri ketika tamu negara, seperti presiden atau perdana menteri dari negara lain, memuji kemegahan Istana Kepresidenan di Jakarta, Bogor, atau Yogyakarta. “Saya sering bercerita kalau pas dapat tamu perdana menteri atau presiden dari negara lain. Baik masuk ke Istana Bogor, baik masuk ke Istana Jakarta, atau saya terima di Istana Yogyakarta, selalu tamu kita itu kagum, waduh istananya bagus, gedungnya bagus,” kata Jokowi. Ia merasa bingung bagaimana harus merespons pujian tersebut, karena bangunan istana tersebut bukan hasil karya bangsa Indonesia. Melainkan peninggalan kolonial Belanda.
Jokowi menjelaskan bahwa perasaan inferior ini muncul karena ia menyadari bahwa pujian tersebut, meskipun tulus, mengingatkan pada masa lalu kolonial yang penuh dengan eksploitasi dan penindasan. “Saya kadang-kadang mikir ini saya mau jawab apa. Indah tapi ini bukan buatan kita, buatan kolonial Belanda. Mau saya sampaikan apa adanya kok kita merasa inferior gitu,” jelasnya. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya dampak sejarah kolonial terhadap persepsi dan kebanggaan nasional.
Salah satu alasan di balik keputusan Jokowi untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur adalah untuk mengatasi perasaan inferior ini. Ia ingin membangun simbol-simbol negara yang benar-benar mencerminkan identitas dan kemandirian bangsa Indonesia. “2014 setelah saya dilantik saat itu saya perintahkan kepada Bappenas untuk mengkaji lagi. Coba cek lagi titik-titik mana yang memungkinkan untuk kepindahan,” jelas Jokowi. Setelah melalui berbagai kajian, diputuskan bahwa Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur adalah lokasi yang paling cocok untuk ibu kota baru.
Jokowi merasa senang karena Istana Kepresidenan dan gedung-gedung kementerian di IKN dibangun oleh putra dan putri terbaik bangsa. Bahkan, ia dengan bangga menyebut bahwa lampu-lampu di dalam Istana IKN yang sempat dikira buatan Italia sebenarnya adalah buatan Boyolali, Jawa Tengah. “Ada yang bertanya kepada saya, pak lampunya bagus sekali. Jangan-jangan dari Italia. Bukan, ini lampu dari Boyolali.
Tanggapan dari Masyarakat Indonesia
Pernyataan Jokowi mengenai kekhawatirannya terhadap pujian tamu negara ini mendapatkan berbagai reaksi dari publik dan sejarawan. Sejarawan J.J. Rizal mengkritik pandangan Jokowi yang mengaitkan bangunan kolonial dengan perasaan inferior. Menurut Rizal, kolonialisme bukan hanya soal bangunan, tetapi juga budaya dan sistem yang diwariskan. “Kolonialisme itu kebudayaan,” kata Rizal. Ia menambahkan bahwa meskipun pemerintah kolonial Belanda dan Jepang telah pergi, budaya korupsi, kolusi, nepotisme, dan eksploitasi masih bisa bertahan lebih lama.
Rizal juga mempertanyakan apakah budaya warisan kolonial seperti nepotisme telah lenyap di era pemerintahan Jokowi. Kritik ini menunjukkan bahwa masalah warisan kolonial lebih kompleks daripada sekadar bangunan fisik, dan memerlukan pendekatan yang lebih mendalam untuk mengatasinya.
Baca Juga: Pesawat Kepresidenan Telah Berhasil Mendarat Perdana di Bandara IKN
Simbolisme dan Identitas Nasional
Keputusan Joko Widodo untuk memindahkan ibu kota negara juga dilihat sebagai upaya untuk memperkuat simbolisme dan identitas nasional. Dengan membangun ibu kota baru yang dirancang oleh putra-putri terbaik bangsa. Jokowi berharap dapat menciptakan simbol-simbol negara yang lebih mencerminkan kemandirian dan kebanggaan nasional. IKN di Kalimantan Timur dirancang sebagai kota yang modern dan berkelanjutan, yang diharapkan dapat menjadi tonggak peradaban Indonesia Emas 2045.
Jokowi juga menekankan pentingnya transparansi dan partisipasi publik dalam proses pembangunan IKN. Ia menyebut bahwa keputusan untuk memindahkan ibu kota bukanlah proyek pribadi presiden, tetapi keputusan seluruh rakyat Indonesia. “IKN bukan proyek presiden, tapi keputusan seluruh rakyat,” tegas Jokowi. Hal ini menunjukkan komitmen Jokowi untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan dan memastikan bahwa ibu kota baru benar-benar mencerminkan aspirasi dan harapan rakyat Indonesia.
Tantangan dan Harapan
Meskipun pemindahan ibu kota negara menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah pendanaan dan infrastruktur, Jokowi tetap optimis bahwa proyek ini akan berhasil. Ia berharap bahwa IKN dapat menjadi simbol kebangkitan dan kemajuan Indonesia, serta mengatasi perasaan inferior yang muncul akibat warisan kolonial. “IKN adalah simbol kebangkitan dan kemajuan Indonesia,” kata Jokowi.
Dengan pembangunan IKN, Jokowi berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, yang dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia. Ia juga berharap bahwa IKN dapat menjadi pusat inovasi dan kreativitas, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kesimpulan
Pernyataan Jokowi mengenai kekhawatirannya terhadap pujian tamu negara tentang Istana Kepresidenan mencerminkan kompleksitas hubungan antara warisan kolonial dan identitas nasional. Meskipun bangunan istana adalah simbol kemegahan, mereka juga mengingatkan pada masa lalu yang penuh dengan eksploitasi dan penindasan. Keputusan Jokowi untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur adalah upaya untuk menciptakan simbol-simbol negara yang lebih mencerminkan kemandirian dan kebanggaan nasional.
Dengan melibatkan putra-putri terbaik bangsa dalam pembangunan IKN, Jokowi berharap dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, berkelanjutan, dan inovatif. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Jokowi tetap optimis bahwa IKN akan menjadi simbol kebangkitan dan kemajuan Indonesia. Serta mengatasi perasaan inferior yang muncul akibat warisan kolonial. Proyek ini diharapkan dapat menjadi tonggak peradaban Indonesia Emas 2045, yang mencerminkan aspirasi dan harapan seluruh rakyat Indonesia.
Sekian informasi yang kami berikan kepada kalian tentang kekhawatiran Jokowi terhadap tamu negara yang berkunjung ke Istana Kepresidenan. Jika anda tertarik dengan penjelasan yang kami berikan, maka kunjungi juga kami tentang penjelasan yang lainnya hanya dengan klik link viralfirstnews.com.